Pages

SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI< SEMOGA TULISAN INI BERMANFAAT BAGI ANDA

Thursday 26 June 2014

Ilustri Artistik dan Ilusi Keagamaan


 Latar Belakang

Buku ini sebagaai sintesis dari dua disiplin  ilmu; Analisis      psikologi, para ahli sastra,semenjak tahun-tahun  terakhir ini kedudukan dapat memperdalam pengetahuan kita mengenai kondisi pencipta sastra. Meskipun sering di anggap  menyarankan  suatu pendekatn  yang  “memperkecil”,  karya-karya dan artike- artikel tentang pendekatan  psikoanalisis pada sastra yang  jumlahnya terus bertambah mengangkat  pendekatan tersebut kedudukan yang sangat terhormat dalam hal kekhasan sastra. Pendekata Psikonalisis sangat subtil dalam hal menemukan berbagai hubungan antara penanda tekstual, sama sekali tidak bersifat totaliter,dan justru memungkinkan suatu kesiapan dan kegesitan, dan memiliki daya tarik serta pengaruh pengarang atas para kritikus sastra kadang jauh dari  psikoanalisis.  

Suatu kenyataan yang benar-benar penting, yaitu bahwa psikoanalisis bukan suatu teori atau usaha terapi yang diberkembangkan diluar  semua hubungan dengan hasil-hasil sastra,dan bahwa penarapannya pada sastra tidak di lakukan oleh Freud atau para penerusnya. Hal itu  kami melakukan karena kami sepenuhnya  sadar akan berbahaya bila membiarkan orang mengira bahwa “ pengetahuan”,  memiliki sendiri atau bukan, adalah suatu sederhana.

Penulisan ini dapat  memberikan manfaat      sebesar–besarnya kepada  para pembaca,dan dapat digunakan untuk melangkah lebih jauh untuk mengenal teori –teori  baru yang bersumber dari psikoanalisis. Harapan terbesar adalah agar para kritikus Indonesia dapat menemukan kekhasan dalam sastra Indonesia melalui pendekata ini.

Semoga  kehidupan  sehari-hari. menjadi beka luntuk  menambah pengetahuan bagi mahasiswa pada Psikologi Kesastraan dan dapat  bermanf bagi kemajuan dunia keilmuan.

Ilustri Artistik dan Ilusi  Keagamaan

Menurut  Freud, dalam hal itu agama  dekat  dengan  Psikosis halusinasi,  yaitu  mengangap hasrat  sebagai kenyataan. Agama memberikan ilusi bawah hidup berkelanjutan  setelah  mati  dan membuat kita tidak menerima kematian. Agama mengatikan  ketergantungan  terhadap sosok ayah dengan Tuhan yang maha kuasa, dan bukannya membiarkan kita  menghadapi kenyataan  yang kasar,  yang  menguatkan dan pembetukan jiwa.

Seni juga ilusi, tetapi  ilusi  sesugguhnuya (dan di situlah perbedaannya), karena itu tidak berbahaya.  Dalam bukunya  Nouveller  Conferences sur  la psychana lyse (pemikiran  - pemikiran  Baru tentang  psikoanalisis),  salah satu teksnya  yang terakhir  yang  terbit di tahun 1932,  Freud  mempertentangkan  seni  dengar filsafat  dan dengar  sebagai  berikut:  “Seni hampir selalu tidak agresif  dan membawa  kebaikan. Seni tidak pura –pura  dan tidak  perna  berusahan menjadi ilusi, kecuali bagi orang –orang  tertentu  yang  kata orang  ”dihantui”  oleh serangan realitas.

Seni dan Realitas

Seni dan realita keduanya saling berkaitan, seni seperti ini menbuat orang percaya bahwa seni pada dasarnya  bertolak belakang  dengan prinsip realitas dan mungkin di harapkan untuk merekayasa seni agar mencapai prinsip prealitas.Karena Freud dalam  L’Introduction a lapscychanalye menyajikan imajinasi, seni buka melawan kenyataan melaikan sekawan lebih tepat sebagai suatu ruang  perantar.

Secara kronologis  seperti dalam sejarah individu atau sejarah spesies, bisa membawa kita kedalam kesalahan, sebagaimana sering terjadi pada Freud.  Di tulis oleh kofman dalam suatu ulasan yang amat bagus tentang teks, yaitu karena realitas tetap ada, karena kematian  menghentikan kehidupan, karena kehidupan tidak dapat dijalani secara tuntas tampa kematian, karena kehidupan melindungi diri dengan jalan makin lama makin menjauhkan timbunan yang berbahaya, karena kehidupan mehemat dirinya, dibutuhkan suatu “tambahan” pada prinsip kenikmatan”, yaitu imajinasi. seluruh kehipun psikis kita ,memungkinkan kmanusi untuk berkomunikasi dengan suatu cara yang bukan ilusi

Seni antara Pulsi kehidupan dan Pulsi Kematian

Seni  cenderung membuat kita  melupakan kematian. Yaitu membangu semacam pagar  yang melindungi kita dari jangkauan realitas, sejauh ia membentuk  suatu dunia  tampa kontradiksi dimana kita melupakan pelajaran –pelajran hidup yang keras, secara paradoksa. (Menurut Mallarmee yang kembangkan  oleh suatu aliran kritik modern) bukannya  untuk menghasilkan  pelengkapannya  sendiri dengan menunjuk  ke arah suatu titik  di luar  bahasa  dimana kita dapat membaca bahwa kematian memang perlu.

Menurut cerisy  menyatakan” pulsi kematian,  tidak membawa kita kelahiran  maupun ke konsepsi  tetapi  ke suatu titik bablik yang menutup  dan meng kuci  sirrkuit  yang di jalani  oleh eksistensi  individual dari subjek yang berbicara di luar kehidupan  dan kegaduhan kata –kata yang memenuhi dunia.

Menurut Kaumfra pulsi kematian berakti menghidarinya,  berakti masuk dalam tuturan yang kunjung habis tentang ketiadaannyayang kita bangun dengan seluruh umat manusia.                                                                                             






















0 komentar:

Post a Comment

 

Kirim Komentar

Name

Email *

Message *

Total Pageviews