Pages

SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI< SEMOGA TULISAN INI BERMANFAAT BAGI ANDA

Thursday 26 June 2014

POTENSI KEWIRAUSAHAAN


A.                Penentu Potensi Kewirausahaan
Peluang usaha baru akan mendatangkan berbgai jenis risiko. Oleh karena itu, untuk memulai bisnis baru, kita harus dapat menilai tingkat kemampuan untuk berhasil atau justru kita lebih berhasil bila bekerja untuk orang lain. Tidak ada cara akurat untuk mengetahui hal tersebut setepat mungkin, tapi ada suatu cara yang dapat membuat kita mampu menilai kualifikasi untuk memulai dan mengelola bisnis baru agar berhasil, yaitu sebagai berikut:
1)                  Kemampuan Inovatif
Inovasi merupakan pencarian kesempatan baru. Hal tersebut berarti mengadakan perbaikan barang dan jasa baru atau mengombinasikan unsur-unsur produksi yang ada dengan cara yang baru dan lebih baik. Hal ini berarti kemampuan untuk berhubungan dengan hal yang tidak terstruktur dan tidak dapat diprediksi. Karakteristik ini berkaitan erat dengan proses inovatif. Inovasi berasal dari kreativitas yang ada, yang memerlukan perbaikan kondisi yang ada, tergantung pada kemampuan seseorang, dan secara total terserap dalam proses. Orang-orang yang kreatif mempunyai kemampuan untuk membangun struktur dari situasi yang tidak berbentuk.
2)                  Keinginan untuk Berprestasi
Keinginan untuk berprestasi adalah tanda-tanda penting dari dorongan kewirausahaan. Hal ini menandai para pemiliknya sebgai orang yang tidak mengenal menyerah di dalam mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan.
3)                  Kemampuan Perencanaan Realistis
Menetapkan tujuan yang menantang dan dapat diterapkan merupakan ciri dari perencanaan realistis. Tujuan yang ditetapkan harus sesuai dengan kemampuan wirausahawan.
4)                  Kepemimpinan Terorientasi pada Tujuan
Wirausahawan membutuhkan aktivitas yang mempunyai tujuan. Hal ini memotivasi mereka untuk mengarahkan tenaga dan rekan kerja serta bawahannya kearah tujuan yang ditetapkan. Semua usaha dalam organisasi dipusatkan untuk mencapai tujuan utama organisasi tersebut.
5)                  Objektivitas
Wirausahawan objektif mampu mengarahkan pemikiran dan aktivitas kewirausahaannya dengan cara pragmatis, misalnya dengan mengumpulkan fakta-fakta yang ada, mempelajainya, dan menentukan arah tindakan dengan cara-cara praktis. Jika tidak ada fakta-fakta yang memadai untuk mendefinisikan situasi sepenuhnya, mereka meneruskan pekerjaan dengan rasa percya diri sepenuhnya pada kemampuannya dalam hal mengatasi kendala yang tidak dapat diramalkan terlebih dahulu.
6)                  Tanggung Jawab Pribadi
Wirausahawan memikul tanggung jawab pribadi, menetapkan tujuan sendiri, dan memutuskan cara mencapai tujuan tersebut dengan kemampuan sendiri.
7)                  Kemampuan Beradaptasi
Para wirausahawan mampu beradaptasi meyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Jika terhambat oleh kondisi yang berbeda dan hal-hal yang diharapkan, mereka tidak menyerah, tetapi menilai situasi ssecara objective di lingkungan baru dan mengaktifkannya. Hal ini merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh wirausahawan.
8)                  Kemampuan sebagai Pengorganisasi dan Administrator
Wirausahawan mempunyai kemmapuan mengorganisasi, mengidentifikasi, dan mengelompokkan orang-orang berbakat untuk mencapai tujuan. Mereka menghargai kompetensi dan memilih para spesialis untuk mengerjakn tugas secara efisien. Mereka cenderung tidak bekerja baik dalam hal-hal rutin dan akan melakukan pekerjaan dengan baik jika meyerahkan rutinitas kepada orang lain. Kekuatan mereka sebagai mengantisipasi kemungkinan masa depan.

B.                 Metode Analisis Diri Sendiri
Orang-orang yang memulai usaha baru hendaknya memperhitungkan kebutuhan, dorongan, dan aspirasi sebelum mengambil langka-langkah penting. Kebutuhan adalah hal-hal yang akan membantu individu memutuskan kepribadian mereka sesuai atau tidak dengan peranan kewirausahaan. Identifikasi kebutuhan tersebut akan memberitahukan kepadanya dorongan motivasi yang mengarahkan prilaku mereka dan aspirasi dalam hidup. Dengan demikian, mereka lebih siap untuk memutuskan memulai bisnis sendiri yang menguntungkan.
Mc. Clelland’s (hasibuan 1999: 162-163) mengemukakan teorinya yang disebut Mc. Clelland’s achievement motivation theory atau teori motivasi berprestasi mc. Clelland’s. teori ini berpendapat bahwa karyawan mempunyai cadangan energy potensial. Cara energy dilepaskan dan digunakan bergantung pada kekuatan dorongan motivasi seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia. Energy dimamfaatkan oleh karyawan karena dorongan: (1) Kekuatan motif dan kekuatan dasar yang terlibat. (2) Harapan keberhasilannya. (3) Nilai insentif yang melekat pada tujuan. Adapun hal-hal yang memotivasi seseorang adalah sebagai berikut:

1.                  Kebutuhan Prestasi (Need For Achievement)
Kebutuhan prestasi (Need for Achievement) merupakan daya penggerak yang akan memotivasi semangat bekerja seseorang. Hal itu akan mendorong seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengarahkan semua kemampuan serta energy yang dimilikinya untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Karyawan akan antusias untuk berprestasi tinggi selama diberi kesempatan. Ia menyadari bahwa hanya dengan mencapai presatsi kerja yang tinggi, ia dapat memperoleh pendapatan yang besar. Dengan pendapatan yang besar, ia memiliki serta meiliki kebutuhan-kebutuhannya.

2.                  Kebutuhan Afiliasi (Need for Affiliation)
Kebutuhan Afiliasi (Need for Affiliation) merupakan daya penggerak yang akan memotivasi semangat bekerja seseorang. Oleh karena itu, kebutuhan ini merangsang gairah bekerja karyawan karena ia menginginkan hal-hal: kebutuhan perasaan diterima oleh orang lain dilingkungan ia tinggal dan bekerja, kenutuhan perasaan dihormati karena merasa dirinya penting, kebutuhan perasaan maju dan tidak gagal, dan kebutuhan perasaan ikut. Karena kebutuhan, seseorang akan memotivasi dan mngembangkan dirinya serta memamfaatkan semua energinya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

3.                  Kebutuhan Kekuasaan (Need For Power)
Kebutuhan kekuasaan (Need for Power) merupakan daya penggerak yag memotivasi semangat kerja karyawan. Kebutuhan ini merangsang gairah bekerja karyawan serta mengarahkan semua kemampuannya demi mencapai kekuasaan atau kedudukan yang terbaik. Ego manusia ingin lebih berkuasa dari manusia lainnya akan menimbulkan persaingan. Persaingan ditumbuhkan secara sehat oleh manajer dalam memotivasi bawahannya, supaya mereka termotivassi untuk bekerja giat.
Pada prinsipnya, pandangan Mc. Clelland mengemukakan tiga kebutuhan dasar yang mempengaruhi pencapaian tujuan ekonomi. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan berafiliasi dan kebutuhan untuk berkuasa. Kebutuhan berafiliasi kebutuhan untuk membentuk hubungan yang hangat dan bersahabat dengan orang lain, keinginan untuk diterima dan disukai. Kebutuhan untuk berkuasa meguraikan keinginan untuk mengendalikan cara-cara memengaruhi orang lain, keinginan untuk mendominasi, untuk menyakinkan orang lain tentang kebenaran dari superioritas orang lain.
Salah satu cara untuk menilai kebutuhan adalah analisis prestasi pribadi dengan menelaah pengalaman-pengalaman yang tidak dapata dilupakan dalam karier. Dua jenis pengalaman yang tidak dapat dilupakan adalah pengalaman yang diingat sangat memuaskan dan pengalaman yang sangat tidak memuaskan.
Individu juga dapat mengungkapkan data tambahan dengan menelaah peristiwa-peristiwa yang menimbulkan kekecewaan dam karier. Contohnya: hambatan dalam menerima tanggung jawab untuk suatu tugas, kesuliatan yang berasal dari ketidakadilan dari atasan kepada dirisendiri dan orang lain, atau rasa frustasi dalam menggapai status yang lebih tinggi.
Analisis data tersebut dapata membantu menjelaskan jenis kebutuhan yang meotivasi individu. Kepuasan dengan mencapai tujuan yang utama, standar yang tinggi, komptensi dalam mencapai tujuan tersebut merupakan indikasi yang jelas need for achievement.
Menurut Frederick Hertzberg, need for achievement merupakan sumber dorongan motivasional yang ditunjukkan oleh kepribadian kewirausahaan. Manusia dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi akan didorong kearah prilaku berprestasi. Ketika prilaku pretasi menimbulkan kesuksesan, ada rasa kepuasan yang besar dari prestasi tersebut.

C.                Need For Achievement dalam Manjemen Kewirausahaan
Tedapat factor-factor disamping need for achievement yang dapat diajarkan untuk melahirkan seorang kewirausahaan, yaitu pendekatan sitematis untuk mengidentifikasi kesempatan bisnis, analisis resiko, dan perolehan kompetensi manajerial.
1.                 Identifikasi Kesempatan
Kewirausahaan berputar disekitar inovasi. Inovasi termasuk cara terbaru dan lebih baik dalam mengerjakannya. Akan tetapi, cara terbaru dan lebih baik dalam mengerjakan sesuatu secara tidak langsung berarti menyediakan barang dan jasa yang bermamfaat untuk memenuhi keinginan dari massyarakat sebgai konsumen.
2.                 Analisis Risiko
Pribadi kewirausahaan menilih risiko yang dapat diperhitungkan besifat mengah dan dapat dikendalikan. Risiko yang dapat diperhitungkan dalam bisnis adalah keputusan mengenai pengeluaran uang dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Daftar Pustaka:

Materi ini diperoleh dari rangkuman tugas kewirausahaan yang diambil dari buku Kewirausahaan; Teori & Praktik 

0 komentar:

Post a Comment

 

Kirim Komentar

Name

Email *

Message *

Total Pageviews