Akhir-akhir ini aroma politik sangat terasa dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara ini, maklum sebentar lagi mau pemilihan pemimpin masa depan alias
Presiden Baru. Seperti yang kita ketahui bahwa capres pada PILPRES 2014 kali ini
diikuti oleh dua pasangan CAPRES dan CAWAPRES yang akan memperebutkan RI 1.
Kalau kita mau berpikir sejenak mengenai politik maka setidaknya kita
sebagai masyarakat Indonesia bisa dan pasti akan menyukai dunia politik. Pada kesempatan
kali ini admin akan mencoba membahas mengenai “kekuasaan dan politik” karena
dirasa materi ini lumayan penting juga sebagai refrensi mencari pemimpin yang
sesuai dengan kehendak. Tanpa berlama-lama yuk kit abaca bareng-bareng.
A.
Latar Belakang
Organisasi memiliki sifat untuk selalu
melakukan penyesuaian agar dapat bertahan dan mencapai tujuannya. Hal ini
berarti suatu organisasi harus mampu mengajak anggotanya untuk selalu bersikap
dengan cara-cara yang bermanfaat bagi organisasi misalnya bersikap adaptif
terhadap masalah di sekitar organisasi. Dalam sebuah organisasi cara yang
bermanfaat ini dilaksanakan dengan pengendalian kekuasaan. Sedang definisi
kekuasaan adalah the ability to get someone to do something you want done or
the ability to make things happen in the way you want them to . Dengan kata
lain, usaha yang dilakukan dikendalikan oleh sebuah kekuasaan yang dimiliki
oleh pemimpin organisasi.
Garis kekuasaan kadang-kadang sangat
tidak terlihat dalam organisasi, sehingga bawahan tidak sadar bahwa mereka
sesungguhnya sedang digunakan untuk mengejar keinginan dan maksud orang lain.
Apa yang menarik orang mencari kekuasaan? Kadang-kadang hal ini disebabkan
orang ingin memanipulasi atau mengendalikan orang lain dalam organisasi. Atau,
ada juga orang yang haus akan ketaatan dan kepatuhan dari orang lain untuk menuruti
segala perintahnya. Atau memiliki hasrat besar untuk selalu dicap berjasa. Bagi
sebagian orang, situasi kerja merupakan satu-satunya tempat dimana mereka dapat
memperoleh dan menggunakan kekuasaan. Perebutan kekuasaan dan basis kekuatan
muncul dalam lingkungan kerja bila orang-orang dan kelompok-kelompok berlomba
untuk dapat mengendalikan perilaku orang dan kelompok lain. Dan bila
orang-orang atau kelompok-kelompok berinteraksi dalam suatu kontes kekuasaan,
terciptalah kemudian apa yang disebut dengan politik. Golongan mulai dibentuk
dan dikembangkan, orang-orang bersekutu dalam kelompok-kelompok formal,
berkoalisi, mengadakan perjanjian-perjanjian, di mana orang dan kelompok yang
satu menang dan yang lain kalah. Penggunaan kekuasaan dan politik dalam
organisasi menentukan keberhasilan organisasi.
B.
Pengertian dan Model Kekuasaan
Kekuasaan (power) adalah kemampuan yang
dimiliki seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi individu lain ataupun
kelompok lain. Kekuasaan yang dimiliki seseorang akan menempatkan orang
tersebut dalam suatu kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain
yang dipengaruhinya. Pada umumnya kekuasaan akan menciptakan suatu hubungan
yang vertical dalam suatu organisasi. Kekuasaan juga akan menentukan siapa yang
pantas dan seharusnya mengambil keputusan (decision making) dalam suatu
organisasi.
Teori yang dikemukakan oleh French dan Raven ini menyatakan bahwa kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam kelompok atau organisasi. Dengan kata lain, orang atau orang-orang yang memiliki akses terhadap sumber kekuasaan dalam suatu kelompok atau organisasi tertentu akan mengendalikan atau memimpin kelompok atau organisasi itu sendiri. Adapun sumber kekuasaan itu sendiri ada tiga macam, yaitu kedudukan, kepribadian dan politik.
Teori yang dikemukakan oleh French dan Raven ini menyatakan bahwa kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam kelompok atau organisasi. Dengan kata lain, orang atau orang-orang yang memiliki akses terhadap sumber kekuasaan dalam suatu kelompok atau organisasi tertentu akan mengendalikan atau memimpin kelompok atau organisasi itu sendiri. Adapun sumber kekuasaan itu sendiri ada tiga macam, yaitu kedudukan, kepribadian dan politik.
Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan
kekuasaan yang bersumber pada kedudukan terbagi ke dalam beberapa jenis:
kekuasaan yang bersumber pada kedudukan terbagi ke dalam beberapa jenis:
1.
Kekuasaan formal atau legal, Termasuk dalam jenis ini adalah
komandan tentara, kepala dinas, presiden atau perdana menteri, dan sebagainya
yang nendapat kekuasaannya karena ditunjuk dan/atau diperkuat dengan peraturan
atau perundangan yang resmi.
2.
Kendali atas sumber dan ganjaran, Majikan yang menggaji karyawannya,
pemilik sawah yang mengupah buruhnya, kepala suku atau kepala kantor yang dapat
memberi ganjaran kepada anggota atau bawahannya, dan sebagainya, memimpin
berdasarkan sumber kekuasaan jenis ini.
3.
Kendali atas hukuman, Ganjaran biasanya terkait dengan
hukuman sehingga kendali atas ganjaran biasanya juga terkait dengan kendali
atas hukuman . Walaupun demikian, ada kepemimpinan yang sumbernya hanya kendali
atas hukuman saja. Kepemimpinan jenis ini adalah kepemimpinan yang berdasarkan
atas rasa takut. Contohnya, preman-preman yang memunguti pajak dari
pemilik-pemilik toko. Para pemilik toko mau saja menuruti kehendak para preman
itu karena takut mendapat perlakuan kasar. Demikian pula anak kelas 1 SMP takut
kepada seniornya murid kelas 3 yang galak dan suka memukul sehingga kehendak
senior itu selalu dituruti
4.
Kendali atas informasi, Informasi adalah ganjaran positif
juga bagi yang memerlukannya. Oleh karena itu, siapa yang menguasai informasi
dapat menjadi pemimpin. Orang yang paling tahu jalan di antara serombongan
pendaki gunung yang tersesat akan menjadi pemimpin rombongan itu. Ulama akan
menjadi pemimpin dalam agama. Ilmuwan menjadi pemimpin dalam ilmu pengetahuan.
Murid yang selalu punya bocoran soal ulangan juga dianggap sebagai pemimpin
oleh kawan-kawannya setiap menjelang ulangan umum.
5.
Kendali ekologik, Sumber kekuasaan ini juga dinamakan
perekayasaan situasi (situational engineering). Cotohnya, kendali atau
penempatan jabatan. Seorang atasan, manajer atau kepala bagian personalia,
misalnya mempunyai kekuasaan atas bawahannya kerana ia boleh menentukan posisi
anggota-anggotanya. Demikian pula komandan atau kepala suku yang berhak
menentukan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh bawahan dan anggotanya.
Orang-orang ini akan dianggap sebagai pemimpin. Contoh lain adalah kendali atas
tata lingkungan. Kepala dinas tata kota berhak memberi izin bangunan. Kepala
asrama menentukan seorang siswa harus tidur di kamar mana dan dengan siapa.
Kekuasaan yang Bersumber pada
Kepribadian
Berbeda dari kepemimpinan yang bersumber pada kekuasaan karena kedudukan, kepemimpinan yang bersumber pada kekuasaan karena kepribadian berawal dari sifat-sifat pribadi, yaitu sebagai berikut.
Berbeda dari kepemimpinan yang bersumber pada kekuasaan karena kedudukan, kepemimpinan yang bersumber pada kekuasaan karena kepribadian berawal dari sifat-sifat pribadi, yaitu sebagai berikut.
1)
Keahlian atau keterampilan, Dalam salat berjamaah dalam agama
islam, yang dijadikan pemimpin salat (imam) adalah yang paling fasih membaca
ayat Alquran. Di sebuah kapal atau pesawat udara, mualim atau penerbang yang
paling terampillah yang dijadikan nahkoda atau kapten. Pasien-pasien di rumah
sakit menganggap dokter sebagai pemimpin atau panutan karena dokterlah yang
dianggap paling ahli untuk menyembuhkan penyakitnya.
2)
Persahabatan atau kesetiaan, Sifat dapat bergaul, setia kawan atau
setia kepada kelompok dapat merupakan sumber kekuasaan sehingga seseorang
dianggap sebagai pemimpin. Ibu-ibu ketua kelompok arisan, misalnya, dipilh
kar
ena sifat-sifat pribadi jenis ini.
3)
Karisma, Ciri kepribadian yang menyebabkan
timbulnya kewibawaan pribadi dari
pemimpin juga merupakan salah satu sumber kekuasaan dalam proses kepemimpinan.
Kekuasaan yang Bersumber pada Politik.
Selanjutnya, kekuasaan yang bersumber pada politik terdiri dari beberapa jenis.
1.
Kendali atas proses pembuatan keputusan, Dalam organisasi, ketua menentukan
apakah suatu keputusan akan dibuat dan dilaksanakan atau tidak. Hakim memimpin
sidang pengadilan karena ia mempunyai kendali atas jalannya sidang dan putusan
atau vonis yang akan dijatuhkan. Kepemimpinan seorang presiden juga bersumber
pada kekuasaan politik karena sebuah undang-undang yang sudah disetujui
parlemen baru berlaku jika sudah mendapat tanda tangannya
2.
Koalisi, Kepemimpinan atas dasar sumber
kekuasaan politik ditentukan juga atas hak atau kewenangan untuk membuat kerja
sama dengan kelompok lain. Pemilik perusahaan berhak melakukan merger dengan
perusahaan lain. Kepala suku Indian mengisap pipa perdamaian dengan kepala suku
lainnya. Presiden menyatakan perang atau damai dengan negara lain.
3.
Partisipasi, Pemimpin mengatur partisipasi
anggotanya, siapa yang boleh berpartisipasi, dalam bentuk apa tiap anggota itu
berpartisipasi, dan sebagainya
4.
Institusionalisasi, Pemimpin agama menikahkan pasangan
suami-istri, menentukan terbentuknya keluarga baru.
Dalam mempengaruhi perilaku seseorang
terdapat berbagai macam unsure-unsur diantaranya yaitu:
1)
Unsur Wewenang, Wewenang merupakan syaraf yang
berfungsi sebagai pengerak dari pada kegiatan-kegiatan. Wewenang yang bersifat
infoemal untuk mendapatkan kerja sama yang baik dengan bawahannya. Wewenang
adalah kekuasaan resmi yang dimiliki seseorang untuk bertindak dan
memerintahkan orang lain, tanpa ada wewenang terhadap suatu pekerjaan janganlah
mengerjakan pekerjaan tersebut, karena tidak mempunyai dasar hokum untuk
melakukannya. Misalnya saja pada dunia kemiliteran, dimana pada dunia
kemiliteran itu harus dan wajib mematuhi atau mengikuti wewenang yang ada yaitu
apabila ada atasannya harus hormat, walaupun atasanya tidak mengunakan pakaian
dinas.
Keuntungan dari adanya wewenang itu
dapat terjadi proses untuk mempengaruhi perilaku lebih cepat dan mudah,
sedangkan kelemahannya itu karena adanya keterpaksaan, sehingga harus mengikuti
wewenang dari atasannya. Contoh wewenang dalam kehidupan sehari-hari : ketika
mahasiswa baru masuk kuliah di salah satu Universitas, pada suatu ketika saya
mengikuti mata kuliah yang membuat saya membingungkan. Kemudian dosen saya
menyuruh mahasiswanya untuk membuat tugas sebanyak 2 BAB dengan menggunakan
bahasa inggris. Maka saya dan mahasiswa lainnya terpaksa mengerjakan, karena
mata kuuliah tersebut sangat penting.
2)
Unsur yang menggunakan paksaan dan
ancaman
Suatu perintah untuk menghasilkan keinginan dengan cara kekerasan (memaksa). Contohnya saja pada PREMANISME → pada waktu saya mengendarai motor, saya melihat ada seorang wanita yang didekatkan dengan 2 laki-laki. Kemudian kedua laki-laki tersebut meminta sesuatu yang berharga pada wanita itu, dengan cara kekerasan yaitu dengan menodongkan senjata tajamnya. Jadi sikap dan perilaku ini sudah jelas adanya ancaman dan paksaan.
Suatu perintah untuk menghasilkan keinginan dengan cara kekerasan (memaksa). Contohnya saja pada PREMANISME → pada waktu saya mengendarai motor, saya melihat ada seorang wanita yang didekatkan dengan 2 laki-laki. Kemudian kedua laki-laki tersebut meminta sesuatu yang berharga pada wanita itu, dengan cara kekerasan yaitu dengan menodongkan senjata tajamnya. Jadi sikap dan perilaku ini sudah jelas adanya ancaman dan paksaan.
3)
Unsur manipulative, Suatu perbuatan curang dengan cara
membohongi atau melakukan dengan cara licik, agar dapat mempengaruhi perilaku.
Dalam manipulatif ini tidak akan terjadi proses mempengaruhi perilaku, karena
tidak terdapat paksaan. Biasanya batasan antara manipulasi dengan membantu itu
sangat tipis. Misalnya saja pada kehidupan sehari-hari :
Pada saat ujian nasional berlangsung, saya dan teman-teman merasakan kesusahan dalm menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru. Kemudian murid-murid mencari jawaban-jawaban dari satu teman keteman lainnya, padahal aturan-aturan yang ada tidak dibolehkan untuk mencari jawaban kepada temannya. Nah ketika itu saya ingin meminta jawaban kepada teman saya, karena teman saya takut sama aturan-aturan yang ada, maka teman saya memanipulasikan jawaban kepada saya dan teman-temannya.
Pada saat ujian nasional berlangsung, saya dan teman-teman merasakan kesusahan dalm menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru. Kemudian murid-murid mencari jawaban-jawaban dari satu teman keteman lainnya, padahal aturan-aturan yang ada tidak dibolehkan untuk mencari jawaban kepada temannya. Nah ketika itu saya ingin meminta jawaban kepada teman saya, karena teman saya takut sama aturan-aturan yang ada, maka teman saya memanipulasikan jawaban kepada saya dan teman-temannya.
4)
Kerja sama, Suatu kegiatan yang dilakukan secara
bersama-sama dengan adanya kesepakatan dan tuganya masing-masing. Didalam kerja
sama itu tidak ada paksaan atau tekanan, melainkan kerja sama dapat mempengaruhi
perilaku seseorang. Kelebihan dari kerja sama →
·
Dapat
mengambil tanggung jawab untuk orang yang diubah.
·
Melihat
suatu masalah lebih jelas dan mudah
·
Saling
komunikasi, yaitu antara si A dengan si B.
·
Dapat
menerima alternative yang disepakati kedua belah pihak (keduanya berproses →
saling mendukung).
C.
Pengertian Politik
Politik adalah proses pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan
keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan
antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal
dalam ilmu politik. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara
konstitusional maupun nonkonstitusional.
Di samping itu politik juga dapat
ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
1.
Politik
adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama
(teori klasik Aristoteles)
2.
Politik
adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan Negara
3.
Politik
merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan
kekuasaan di masyarakat
4.
Politik
adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan
publik.
Dalam konteks memahami politik perlu
dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem
politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga tidak
kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa
politik adalah usaha untuk menekankan peraturan-peraturan yang dapat diterima
baik oleh sebagian besar orang, untuk membawa masyarakat kearah kehidupan
bersama yang lebih harmonis. Usaha mencapai the good life ini menyangkut
berbagai macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses penentuan tujuan
dari system, serta cara-cara melaksanakan tujuan itu. Masyarakat mengambil
keputusan mengenai apakah yang menjadi tujuan dari system politik itu dan hal
ini menyankut pilihan antara beberapa alternative serta urutan prioritas dari
tujuan-tujuan yang telah ditentukan itu.
Untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan
umum (public policies) yang menyangkut pengaturan dan alokasi (allocation) dari
sumber daya alam. Perlu dimiliki kekuasaan (power) serta wewenang (authority).
Kekuasaan ini diperlukan baik untuk membina kerja sama maupun untuk
menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses ini. Cara-cara yang
dipakainya dapat bersifat persuasi dan jika perlu bersifat paksaan. Tanpa
paksaan, kebijakan ini hanya merupakan perumusan keinginan belaka.
Akan tetapi kegiatan-kegiatan ini dapat
menimbulkan konflik karena nilai-nilai (baik yang materiil maupun yang mental)
yang dikejar biasanya langka sifatnya. Di pihak lain, di Negara demokrasi,
kegiatan ini juga memerlukan kerja sama karena kehidupan manusia bersifat
kolektif. Dalam rangka ini politik pada dasarrnya dapat dilihat sebagai usaha
penyelesaian konflik.
Tetapi tidak dapat disangkal bahwa
dalam pelaksanaannya kegiatan politik, di samping segi-segi yang baik, juga
mencakup segi-segi negative. Hal ini disebabkan karena politik mencerminkan
tabiat manusia, baik nalurinya yang baik maupun nalurinya yang buruk. Perasaan
manusia yang beraneka ragam sifatnya, sangat mendalam dan sering saling
bertentangan, mencakup rasa cinta,benci, setia, bangga, malu dan amarah. Tidak
heran jika dalam realitas sehari-hari kita acapkali berhadapan dengan banyak
kegiatan yang tidak terpuji. Singkatnya politik adalah perebutan kuasa, takhta
dan harta.
Joyce Mitchell, dalam bukunya Political
Analysis and Public Policy mengatakan: “Politik adalah pengambilan keputusan
kolektif atau pembuatan kebijakan umum untuk masyarakat seluruhnya.
Harrold D Laswell dalam buku Who Gets What, When, How mengatakan “Politik adalah masalah siapa mendapat apa, kapan dan bagaimana”
Roger F. Soltau, dalam bukunya Introduction to politics mengatakan: “Ilmu politik mempelajari Negara, tujuan-tujuan Negara dan lembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan itu, hubungan antara Negara dengan warganya serta hubungan antarnegara.
Harrold D Laswell dalam buku Who Gets What, When, How mengatakan “Politik adalah masalah siapa mendapat apa, kapan dan bagaimana”
Roger F. Soltau, dalam bukunya Introduction to politics mengatakan: “Ilmu politik mempelajari Negara, tujuan-tujuan Negara dan lembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan itu, hubungan antara Negara dengan warganya serta hubungan antarnegara.
W.A Robson dalam The University
Teaching of Social Sciences, mengatakan :”Ilmu politik mempelajari kekuasaan
dalam masyarakat, yaitu sifat hakiki dasar, proses-proses, ruang lingkup dan
hasil-hasil. Fokus perhatian seorang sarjana politik tertuju pada perjuangan
untuk mempertahankan kekuasaan, melaksanakan kekuasaan atau pengaruh atas orang
lain, atau menentang pelaksanaan kekuasaan itu.
DAFTAR
PUSTAKA
John
R. Schemerhorn, James G. Hunt, and Richard N. Osborn, Basic Organizational
Behavior, 2nd edition, 1998, hlm 195
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, edisi Revisi, 2008, hlm 20
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, edisi Revisi, 2008, hlm 20
http://pilkoplobulat.wordpress.com/2013/04/29/29-april-2013/
0 komentar:
Post a Comment