A.
Penentu Potensi Kewirausahaan
Peluang
usaha baru akan mendatangkan berbgai jenis risiko. Oleh karena itu, untuk
memulai bisnis baru, kita harus dapat menilai tingkat kemampuan untuk berhasil
atau justru kita lebih berhasil bila bekerja untuk orang lain. Tidak ada cara
akurat untuk mengetahui hal tersebut setepat mungkin, tapi ada suatu cara yang
dapat membuat kita mampu menilai kualifikasi untuk memulai dan mengelola bisnis
baru agar berhasil, yaitu sebagai berikut:
1)
Kemampuan
Inovatif
Inovasi merupakan pencarian
kesempatan baru. Hal tersebut berarti mengadakan perbaikan barang dan jasa baru
atau mengombinasikan unsur-unsur produksi yang ada dengan cara yang baru dan
lebih baik. Hal ini berarti kemampuan untuk berhubungan dengan hal yang tidak
terstruktur dan tidak dapat diprediksi. Karakteristik ini berkaitan erat dengan
proses inovatif. Inovasi berasal dari kreativitas yang ada, yang memerlukan
perbaikan kondisi yang ada, tergantung pada kemampuan seseorang, dan secara
total terserap dalam proses. Orang-orang yang kreatif mempunyai kemampuan untuk
membangun struktur dari situasi yang tidak berbentuk.
2)
Keinginan
untuk Berprestasi
Keinginan untuk berprestasi adalah
tanda-tanda penting dari dorongan kewirausahaan. Hal ini menandai para
pemiliknya sebgai orang yang tidak mengenal menyerah di dalam mencapai tujuan
yang telah mereka tetapkan.
3)
Kemampuan
Perencanaan Realistis
Menetapkan tujuan yang menantang dan
dapat diterapkan merupakan ciri dari perencanaan realistis. Tujuan yang ditetapkan
harus sesuai dengan kemampuan wirausahawan.
4)
Kepemimpinan
Terorientasi pada Tujuan
Wirausahawan membutuhkan aktivitas
yang mempunyai tujuan. Hal ini memotivasi mereka untuk mengarahkan tenaga dan
rekan kerja serta bawahannya kearah tujuan yang ditetapkan. Semua usaha dalam
organisasi dipusatkan untuk mencapai tujuan utama organisasi tersebut.
5)
Objektivitas
Wirausahawan objektif mampu
mengarahkan pemikiran dan aktivitas kewirausahaannya dengan cara pragmatis,
misalnya dengan mengumpulkan fakta-fakta yang ada, mempelajainya, dan
menentukan arah tindakan dengan cara-cara praktis. Jika tidak ada fakta-fakta
yang memadai untuk mendefinisikan situasi sepenuhnya, mereka meneruskan
pekerjaan dengan rasa percya diri sepenuhnya pada kemampuannya dalam hal mengatasi
kendala yang tidak dapat diramalkan terlebih dahulu.
6)
Tanggung
Jawab Pribadi
Wirausahawan memikul tanggung jawab
pribadi, menetapkan tujuan sendiri, dan memutuskan cara mencapai tujuan
tersebut dengan kemampuan sendiri.
7)
Kemampuan
Beradaptasi
Para wirausahawan mampu beradaptasi
meyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Jika terhambat oleh kondisi yang
berbeda dan hal-hal yang diharapkan, mereka tidak menyerah, tetapi menilai
situasi ssecara objective di lingkungan baru dan mengaktifkannya. Hal ini
merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh wirausahawan.
8)
Kemampuan
sebagai Pengorganisasi dan Administrator
Wirausahawan mempunyai kemmapuan
mengorganisasi, mengidentifikasi, dan mengelompokkan orang-orang berbakat untuk
mencapai tujuan. Mereka menghargai kompetensi dan memilih para spesialis untuk
mengerjakn tugas secara efisien. Mereka cenderung tidak bekerja baik dalam
hal-hal rutin dan akan melakukan pekerjaan dengan baik jika meyerahkan
rutinitas kepada orang lain. Kekuatan mereka sebagai mengantisipasi kemungkinan
masa depan.
B.
Metode Analisis Diri Sendiri
Orang-orang
yang memulai usaha baru hendaknya memperhitungkan kebutuhan, dorongan, dan
aspirasi sebelum mengambil langka-langkah penting. Kebutuhan adalah hal-hal
yang akan membantu individu memutuskan kepribadian mereka sesuai atau tidak
dengan peranan kewirausahaan. Identifikasi kebutuhan tersebut akan
memberitahukan kepadanya dorongan motivasi yang mengarahkan prilaku mereka dan
aspirasi dalam hidup. Dengan demikian, mereka lebih siap untuk memutuskan
memulai bisnis sendiri yang menguntungkan.
Mc.
Clelland’s (hasibuan 1999: 162-163) mengemukakan teorinya yang disebut Mc.
Clelland’s achievement motivation theory atau teori motivasi berprestasi mc.
Clelland’s. teori ini berpendapat bahwa karyawan mempunyai cadangan energy
potensial. Cara energy dilepaskan dan digunakan bergantung pada kekuatan
dorongan motivasi seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia. Energy
dimamfaatkan oleh karyawan karena dorongan: (1) Kekuatan motif dan kekuatan dasar
yang terlibat. (2) Harapan keberhasilannya. (3) Nilai insentif yang melekat
pada tujuan. Adapun hal-hal yang memotivasi seseorang adalah sebagai berikut:
1.
Kebutuhan
Prestasi (Need For Achievement)
Kebutuhan prestasi (Need for
Achievement) merupakan daya penggerak yang akan memotivasi semangat bekerja
seseorang. Hal itu akan mendorong seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan
mengarahkan semua kemampuan serta energy yang dimilikinya untuk mencapai
prestasi kerja yang maksimal. Karyawan akan antusias untuk berprestasi tinggi
selama diberi kesempatan. Ia menyadari bahwa hanya dengan mencapai presatsi
kerja yang tinggi, ia dapat memperoleh pendapatan yang besar. Dengan pendapatan
yang besar, ia memiliki serta meiliki kebutuhan-kebutuhannya.
2.
Kebutuhan
Afiliasi (Need for Affiliation)
Kebutuhan Afiliasi (Need for
Affiliation) merupakan daya penggerak yang akan memotivasi semangat bekerja
seseorang. Oleh karena itu, kebutuhan ini merangsang gairah bekerja karyawan
karena ia menginginkan hal-hal: kebutuhan perasaan diterima oleh orang lain
dilingkungan ia tinggal dan bekerja, kenutuhan perasaan dihormati karena merasa
dirinya penting, kebutuhan perasaan maju dan tidak gagal, dan kebutuhan
perasaan ikut. Karena kebutuhan, seseorang akan memotivasi dan mngembangkan
dirinya serta memamfaatkan semua energinya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
3.
Kebutuhan
Kekuasaan (Need For Power)
Kebutuhan kekuasaan (Need for Power)
merupakan daya penggerak yag memotivasi semangat kerja karyawan. Kebutuhan ini
merangsang gairah bekerja karyawan serta mengarahkan semua kemampuannya demi
mencapai kekuasaan atau kedudukan yang terbaik. Ego manusia ingin lebih
berkuasa dari manusia lainnya akan menimbulkan persaingan. Persaingan
ditumbuhkan secara sehat oleh manajer dalam memotivasi bawahannya, supaya
mereka termotivassi untuk bekerja giat.
Pada prinsipnya, pandangan Mc.
Clelland mengemukakan tiga kebutuhan dasar yang mempengaruhi pencapaian tujuan
ekonomi. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan
berafiliasi dan kebutuhan untuk berkuasa. Kebutuhan berafiliasi kebutuhan untuk
membentuk hubungan yang hangat dan bersahabat dengan orang lain, keinginan
untuk diterima dan disukai. Kebutuhan untuk berkuasa meguraikan keinginan untuk
mengendalikan cara-cara memengaruhi orang lain, keinginan untuk mendominasi,
untuk menyakinkan orang lain tentang kebenaran dari superioritas orang lain.
Salah satu cara untuk menilai
kebutuhan adalah analisis prestasi pribadi dengan menelaah
pengalaman-pengalaman yang tidak dapata dilupakan dalam karier. Dua jenis
pengalaman yang tidak dapat dilupakan adalah pengalaman yang diingat sangat
memuaskan dan pengalaman yang sangat tidak memuaskan.
Individu juga dapat mengungkapkan
data tambahan dengan menelaah peristiwa-peristiwa yang menimbulkan kekecewaan
dam karier. Contohnya: hambatan dalam menerima tanggung jawab untuk suatu
tugas, kesuliatan yang berasal dari ketidakadilan dari atasan kepada
dirisendiri dan orang lain, atau rasa frustasi dalam menggapai status yang
lebih tinggi.
Analisis data tersebut dapata
membantu menjelaskan jenis kebutuhan yang meotivasi individu. Kepuasan dengan
mencapai tujuan yang utama, standar yang tinggi, komptensi dalam mencapai
tujuan tersebut merupakan indikasi yang jelas need for achievement.
Menurut Frederick Hertzberg, need for
achievement merupakan sumber dorongan motivasional yang ditunjukkan oleh
kepribadian kewirausahaan. Manusia dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi
akan didorong kearah prilaku berprestasi. Ketika prilaku pretasi menimbulkan kesuksesan,
ada rasa kepuasan yang besar dari prestasi tersebut.
C.
Need For Achievement dalam Manjemen
Kewirausahaan
Tedapat
factor-factor disamping need for
achievement yang dapat diajarkan untuk melahirkan seorang kewirausahaan, yaitu
pendekatan sitematis untuk mengidentifikasi kesempatan bisnis, analisis resiko,
dan perolehan kompetensi manajerial.
1.
Identifikasi
Kesempatan
Kewirausahaan berputar disekitar
inovasi. Inovasi termasuk cara terbaru dan lebih baik dalam mengerjakannya.
Akan tetapi, cara terbaru dan lebih baik dalam mengerjakan sesuatu secara tidak
langsung berarti menyediakan barang dan jasa yang bermamfaat untuk memenuhi
keinginan dari massyarakat sebgai konsumen.
2.
Analisis
Risiko
Pribadi kewirausahaan menilih risiko
yang dapat diperhitungkan besifat mengah dan dapat dikendalikan. Risiko yang
dapat diperhitungkan dalam bisnis adalah keputusan mengenai pengeluaran uang
dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Daftar Pustaka:
Materi ini diperoleh dari
rangkuman tugas kewirausahaan yang diambil dari buku Kewirausahaan; Teori & Praktik
0 komentar:
Post a Comment