By; Admin
Latar Belakang
Kalau
kita perhatikan dengan baik, dalam kehidupan sehari-hari masihbanyak masyarakat
yang memakai bahasa Indonesia tetapituturan atau ucapan daerahnya terbawa ke
dalam tuturan bahasa Indonesia. Tidaksedikit seseorang yang berbicara dalam
bahasa Indonesia, tetapi dengan lafal atau intonasi Jawa, Batak, Bugis, Sunda
dan lain sebagainya. Hal inidimungkinkan karena sebagian besar bangsa Indonesia
memposisikan bahasaIndonesia sebagai bahasa kedua. Sedangkan bahasa pertamanya
adalah bahasadaerah masing-masing.Bahasa Indonesia hanya digunakan dalam
komunikasitertentu, seperti dalam kegiatan-kegiatan resmi.
Selain
itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di SekolahDasar, istilah
yang dikenal dan lazim digunakan guru adalah istilah “huruf”walaupun yang
dimaksud adalah “fonem”. Mengingat keduanya merupakanistilah yang berbeda,
untuk efektifnya pembelajaran, tentu perlu diadakanpenyesuaian dalam segi
penerapannya.
Oleh
karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal/fonem baku dalambahasa Indonesia,
sudah seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas daerah itudikurangi jika
mungkin diusahakan dihilangkan. Sebagai seorang guru, pemahaman
struktur fonologi danmorfologi bahasa Indonesia selain dapat menjadi bekal
dalampemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari
juga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa.
Sedangkan tujuan dari penulisan makalah ini
adalah; 1). Untuk
menjelaskan pengertian morfologi. 2). Untuk mengidentifikasi morfem-morfem
bahasa Indonesia.
3). Untuk mengidentifikasi jenis-jenis kata ulang bahasa
Indonesia. 4). Untuk
menjelaskan makna kata ulang bahasa Indonesia.
Pengertian Morfologi Bahasa Indonesia
Ramlan (1978:19) menjelaskan
bahwa morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang
mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk
kata terhadap golongan kata dan arti kata, atau dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi
perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi
semantik.
Nida (1949:1) menjelaskan bahwa
morfologi adalah studi tentang morfem dan susunannya di dalam pembentukan
kata.Susunan morfem yang diatur menurut morfologi suatu bahasa meliputi semua
kombinasi yang membentuk kata atau bagian dari kata.
Verhaar (2004:97) juga
menjelaskan bahwa morfologi adalah cabang lunguistik yang mengidentifikasikan
satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.Jadi dapat disimpulkan
bahwa morfologi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk pembentukan
kata.
Morfem-morfem Bahasa Indonesia
Pengertian
Morfem
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1997) dinyatakan bahwa morfem adalah satuan bentuk bahasa terkecil yang
mempunyai makna, secara relatif stabil dan tidak dibagi atas bagian bermakna
lebih kecil.
Lyons
(1968:80) menyatakan bahwa morfem adalah unit analisis gramatikal yang
terkecil.Katamba(1993:24) menjelaskan bahwa morfem adalah perbedaan terkecil
mengenai makna kata atau makna kalimat atau dalam struktur gramatikal. Jadi
dapat disimpulkan bahwa morfem adalah satuan bahasa terkecil yang bermakna.
Prinsip Mengenal Morfem
Edi
Subroto (1976:40) mengemukakan tentang ciri morfem, bahwa (1) morfem adalah
satuan terkecil di dalam tingkatan morfologi yang bisa ditemukan lewat analisis
morfologi, (2) morfem selalu merupakan satuan terkecil yang berulang-ulang dalam
pemakaian bahasa (dengan bentuk yang lebih kurang sama)dengan arti gramatikal
tertentu yang lebih kurang sama pula.
Samsuri
(1992) mengemukakan tiga prinsip pokok pengenalan morfem. (1)Bentuk-bentuk yang
berulang yang mempunyai pengertian yang sama, termasuk morfem yang sama.
(2)Bentuk-bentuk yang mirip (susunan fonem-fonemnya) yang mempunyai pengertian
yang sama,termasuk morfem yang sama, apabila perbedaan-perbedaannya dapat
diterangkan secara fonologis. (3)Bentuk-bentuk yang berbeda susunan fonem-fonemnya,
yang tidak dapat diterangkan secara fonologis perbedaan-perbedaannya, masih
bisa dianggap sebagai alomorf-alomorf dari morfem yang sama atau mirip, asal
perbedaan itu dapat diterangkan secara morfologis.
Wujud Morfem
Samsuri (1982:182) yang juga dikutip
oleh Prawirasumantri (1985:138) memaparkan hasil penelitian para pakar
terhadap bahasa-bahasa di dunia. Pada dasarnya, wujud morfem bahasa itu ada
lima macam,
yaitu :
1.
Morfem berwujud fonem atau urutan fonem
segmental. Berdasarkan hal itu, morfem dapat berwujud sebuah fonem missal: -i
atau lebih dari satu fonem misalnya: ber-, makan, juang. Contoh diatas,
merupakan morfem-morfem bahasa Indonesia.
2.
Morfem terdiri atas gabungan fonem
segmental dengan suprasegmental (prosodi). Sebagai contoh urutan fonem /bottar/
dalam bahasa Batak Toba belum mengandung pengertian yang penuh atau maknanya
masih meragukan. Urutan fonem tersebut akan jelas apabila ditambah oleh tekanan
pada suku pertama atau kedua, /bóttar/ atau /bottár/. Yang pertama maknanya
“darah” sedangkan yang kedua bermakna “anggur”
3.
Morfem berwujud fonem-fonem prosodi
(suprasegmental). Dalam tuturan, fonem-fonem suprasegmental iniselalu
bersama-sama denganfonem segmental. Apabila ada fonem-fonem segmental
bersama-sama dengan fonem supra segmental maka pengertiannya menjadi rangkap,
yakni fonem-fonem suprasegmental menyatakan konsep atau pengertian yang
lainnya. Morfem-morfem seperti itu banyak terdapat pada bahasa Indian Amerika
dan bahasa-bahasa Afrika, yakni morfem yang berwujud suprasegmental atau prosodi
nada.
4.
Morfem fonem suprasegmental (prosodi)
dengan kesuprasegmentalan (keprosodian) yakni intonasi atau kalimat. Yang lazim digunakan pada morfem ini ialah
gabungan nada dengan persendian.
5.
Morfem bisa berwujud kekosongan
(Tanwujud). Yang dimaksud dengan kekosongan di sini yaitu bahwa morfem tersebut bermanifestasikan
dengan kekosongan yang biasa disebut dengan morfen zero atau morfem tanwujud
yang bisa disimbolkan Ø.
Jenis-Jenis Morfem
Berdasarkan kriteria tertentu, morfem dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Penjenisan
ini dapat ditinjau dari dua segi yakni hubungannya dan distribusinya (Samsuri,
1982:186; Prawirasumantri, 1985:139).
Ditinjau dari Hubungannya;
Pengklasifikasian morfem dari segi
hubungannya, dapat dilihat dari hubungan struktural dan hubungan posisi.
Ditinjau dari Hubungan Struktur; Menurut hubungan strukturnya, morfem
dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu morfem bersifat aditif (tambahan) yang
bersifat replasif (penggantian), dan yang bersifat substraktif (pengurangan).
Morfem yang
bersifat aditif yaitu morfem-morfem yang biasa yang
pada umumnya terdapat pada semua bahasa, seperti pada urutan putra, tunggal, -nya, sakit. Unsur-unsur
morfem tersebut tidak lain penambahan yang satu dengan yang lain.
Morfem yang
bersifat replasif; yaitu morfem-morfem berubah bentuk
atau berganti bentuk dari morfem asalnya. Perubahan bentuk itu mungkin
disebabkan oleh perubahan waktu atau perubahan jumlah. Contoh morfem replasif
ini terdapat dalam bahasa Inggris. Untuk menyatakan jamak, biasanya
dipergunakan banyak alomorf. Bentuk-bentuk /fiyt/, /mays/, /mεn/ masing-masing
merupakan dua morfem /f…t/, /m…s/, /m…n/ dan /iy ← u/, /ay ← aw/, /ε/, /æ/.
Bentuk-bentuk yang pertama dapat diartikan masing-masing ‘kaki’, ‘tikus’, dan
‘orang’, sedangkan bentuk-bentuk yang kedua merupakan alomorf-alomorf jamak.
Bentuk-bentuk yang kedua inilah yang merupakan morfem-morfem atau lebih
tepatnya alomorf-alomorf yang bersifat penggantian itu, karena /u/ diganti oleh
/iy/ pada kata foot dan feet, /aw/ diganti oleh /ay/ pada kata mouse dan mice, dan /æ/ diganti oleh / ε/
pada kata man dan men.
Morfem bersifat
substraktif, misalnya terdapat dalam bahasa
Perancis. Dalam bahasa ini, terdapat bentuk ajektif yang dikenakan pada bentuk betina dan jantan secara ketatabahasaan.
Ditinjau dari
Hubungan Posisi, Dilihat dari hubungan posisinya, morfem
pun dapat dibagi menjadi tiga macam yakni ; morfem yang bersifat urutan, sisipan, dan simultan.
Tiga jenis morfem ini akan jelas bila diterangkan dengan memakai morfem-morfem
imbuhan dan morfem lainnya. Contoh morfem yang bersifat urutan terdapat pada
kata berpakaian yaitu / ber-/+/-an/.
Ketiga morfem itu bersifat berurutan yakni yang satu terdapat sesudah yang
lainnya.
Contoh morfem yang bersifat sisipan dapat kita lihat dari
kata / telunjuk/. Bentuk tunjuk
merupakan bentuk kata bahasa Indonesia di samping telunjuk. Kalau diuraikan maka akan menjadi / t…unjuk/+/-e1-/.
Morfem simultan atau disebut pula morfem tidak langsung terdapat pada kata-kata seperti /k∂hujanan/. /k∂siaηgan/ dan sebagainya. Bentuk /k∂hujanan/ terdiri dari /k∂…an/ dan /hujan/, sedang /kesiangan/
terdiri dari /ke…an/ dan /siaη/. Bentuk /k∂-an/ dalam bahasa Indonesia merupakan morfem simultan, terbukti karena
bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk /k∂hujan/ atau /hujanan/ maupun /k∂siaη/ atau /sianaη/. Morfem simultan itu sering disebut morfem kontinu
(discontinous morpheme).
Ditinjau dari
Distribusinya, Ditinjau dari distribusinya, morfem dapat dibagi menjadi dua macam yaitu
morfem bebas dan morem terikat.
1)
Morfem Bebas
Menurut
Santoso (2004), morfem bebas adalah morfem yang mempunyaipotensi untuk berdiri
sendiri sebagai kata dan dapat langsung membentukkalimat. Dengan demikian,
morfem bebas merupakan morfem yang diucapkantersendiri; seperti: gelas,
meja, pergi dan sebagainya.Morfem bebas sudah termasuk kata.Tetapi ingat,
konsep kata tidak hanya morfem bebas, kata juga meliputi semua bentuk gabungan
antara morfem terikat dengan morfem bebas, morfem dasar dengan morfem
dasar.Jadi dapat dikatakan bahwa morfem bebas itu kata dasar.
2)
Morfem Terikat
Morfem terikat yaitu morfem
yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, misalnya : di-, ke-, -i, se-, ke-an. Disamping itu
ada bentuk lain seperti juang, gurau,
yang selalu disertai oleh salah satu imbuhan baru dapat digunakan dalam
komunikasi yang wajar.
Samsuri ( 1982:188
)menamakan bentuk-bentuk seperti bunga,
cinta, sawah, dan kerbau dengan
istilah akar; bentuk-bentukseperti di-,ke-, -i, se-, ke-an dengan nama afiks atau imbuhan; dan juang, gurau
dengan istilah pokok.
Sementara itu
Verhaar (1984:53)berturut-turut dengan istilah dasar afiks atau imbuhan
dan akar. Selain itu ada satu bentuk
lagi seperti belia, renta, siur yang
masing-masing hanya mau melekat pada bentuk muda,
tua, dan simpang, tidak bisa
dilekatkan pada bentuk lain. Bentuk seperti itu dinamakan morfem unik.
Dalam
bahasa-bahasa tertentu, ada pula bentuk-bentuk biasanya sangat pende yang
mempunyai fungsi “memberikan fasilitas”, yaitu melekatnya afiks atau bagi
afiksasi selanjutnya. Contoh dalam bahasa Sansekerta, satuan /wad/ ‘menulis’
tidak akan dibubuhi afiks apabila tidak didahului dengan pembubuhan satuan /a/
sehingga terjelma bentuk sekunder atau bentuk kedua yakni satuan /wada/ yang
dapat yang dapat memperoleh akhiran seperti wadati,
wadama. Bentuk /a/ seperti itu disebut pembentuk dasar.
Sehubungan dengan
distribusinya, afiks atau imbuhan dapat pula dibagi menjadi imbuhan terbuka dan tertutup. Imbuhan terbuka yaitu imbuhan yang setelah melekat pada
suatu benda masih dapat menerima kehadiran imbuhan lain. Sebagai contoh afiks
/p∂r/ setelah dibubuhakn pada satuan /b∂sar/ menjadi perbesar /p∂rb∂sar/. Satuan /p∂rb∂sar/ masih menerima afiks lain
seperti /di/ sehingga menjadi
/dip∂rb∂sar/. Imbuhan /p∂r/ dinamakan imbuhan terbuka, karena masih dapat
menerima kehadiran afiks /di/. Sedangkan yang dimaksud dengan imbuhan
tertutup ialah imbuhan atau afiks yang
setelah melekat pada suatu bentuk tidak dapat menerima kehadiran bentuk lain,
misalnya afiks /di/ setelah melekat pada satuan /baca/ menjadi /dibaca/ tidak
dapat menerima kehadiran afiks lainnya. Afiks /di/ itulah merupakan contoh
afiks atau imbuhan tertutup.
Kata Ulang
Bahasa Indonesia
Proses
perulangan atau reduplikasi adalah pengulangan bentuk, baikseluruhnya maupun
sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak.Hasil pengulangan disebut
kata ulang, sedangkan bentuk yang diulangmerupakan bentuk dasar (Ramlan, 1980).
Pengulangan merupakan pula suatuproses morfologis yang banyak terdapat pada
bahasa Indonesia.
Jenis-jenis
Kata Ulang Bahasa Indonesia
Berdasarkan
macamnya, menurut Keraf (1978) bentuk perulangan dalam bahasa Indonesia terdiri
atas empat bentuk seperti berikut :
a)
Kata ulang suku kata
awal (dwipurna).
Dalam bentuk perulangan macam ini,
vokal dari suku kata awal mengalami pelemahan bergeser ke posisi tengah menjadi
ê (pepet). Contoh:
Tangga tetangga
Pohon pepohonan
Laki lelaki
b)
Kata ulang murni
(dwilingga).
Bentuk kata ulang terjadi dengan
mengulang seluruh unsur dasar secara utuh.Kata ulang seperti ini disebut jugakata ulang utuh. Contoh:
Buku buku-buku
Bangku bangku-bangku
Rumah rumah-rumah
c)
Kata ulang yang
terjadi atas seluruh suku kata, tetapi pada salah satu unsurkata ulang tersebut
mengalami perubahan bunyi fonem. Kata ulangsemacam ini biasa disebut kata ulang salin suara atau kata ulang berubahbunyi.Contoh:
Gerak gerak-gerik
Sayur sayur-mayur
Balik bolak-balik
d)
Kata ulang yang
mendapat imbuhan atau kata ulang
berimbuhan.Contoh:
Anak anak-anakan
Main main-mainan
Kuda kuda-kudaan
Makna Kata Ulang
Sesuai
dengan fungsi perulangan dalam pembentukan jenis kata, maknastruktural kata
ulang menurut Keraf (1978) adalah sebagai berikut :
a)
Perulangan mengandung
makna banyak yang tak tentu. Perhatikan contohberikut:
- Kuda-kuda itu berkejaran di
padang rumput.
- Buku-buku yang dibelikan kemarin
telah dibaca.
b)
Perulangan mengandung
makna bermacam-macam.Contoh:
- Pohon-pohonan perlu dijaga
kelestariannya.
- Daun-daunan yang ada
dipekarangan sekolah sudah menumpuk.
- Ibu membeli sayur-sayuran di
pasar.
- Harga buah-buahan sekarang
sangat murah.
c)
Makna lain yang dapat
diturunkan dari suatu kata ulang adalah menyerupaiatau tiruan dari
sesuatu.Contoh:
- Anak itu senang bermain kuda-kudaan.
(menyerupai atau tiruan kuda)
- Mereka sedang bermain pengantin-pengantinan
di pekarangan rumah.(menyerupai atau tiruan pengantin)
- Andi berteriak kegirangan setelah
dibelikan ayam-ayaman.(menyerupai atau tiruan ayam)
d)
Mengandung makna agak
atau melemahkan dari.Contoh:
-
Perilakunya kebarat-baratan sehingga tidak disenangi oleh teman-temanya.
-
Sifatnya masih kekanak-kanakan.
-
Mukanya kemerah-meraman
e) Menyatakan makna
intensitas. Makna intensitas terdiri dari:
Ø
Intensitas
kualitatif, contohnya:
-
Pukullah kuat-kuat.
-
Anak itu belajar sebaik-baiknya.
-
Burung itu terbang setinggi-tingginya.
-
Agar tidak terlambat, ia berjalan secepat-cepatnya.
Ø
Intensitas
kuantitatif, contohnya:
-
Kuda-kuda itu berlari kencang.
-
Anak-anak bermain bola di pekarangan sekolah.
-
Ayah membawabuah-buahan dari Malang.
-
Rumah-rumah di kampung itu tertata dengan rapi.
Ø
Intensitas
frekuentatif. Contoh:
-
Iamengeleng-gelengkan kepalanya.
-
Iamondar-mandir saja sejak tadi.
-
Anak itu menyanyi sambil memukul-mukul meja.
e)
Perulangan pada kata
kerja mengandung makna saling atau pekerjaan yangberbalasan.Contoh:
-
Kita harus tolong-menolong.
-
Tentara sedang tembak-menembak dengan seru.
-
Mereka tendang-menendang dan tinju-meninju saat sedang berkelahi.
f)
Perulangan pada kata
bilangan mengandung makna kolektif.Contoh:
-
Anak-anak berbaris dua-dua sebelum masuk kelas.
D. KOMPOSIS
Merupakan proses penggabungan dasar dengan dasar
(biasanya berupa angka maupun bentuk berimbuhan) untuk mewadahi suatu “konsep”
yang belum tertampung dalam sebuah kata. Seperti kita ketahui konsep-konsep
dalam kehidupan kita benyak sekali, sedangkan jumlah kosa kata terbatas. Contoh
kata bukit untuk mengacu pada konsep “gunung kecil”, tetap dalam kehidupan
nyata kita punya juga “bukit kecil”, maka konsep “bukit kecil” itu kita wadahi dengan gabungan anak bukit.
Contoh lainnya, dalmam bahasa Indonesia kita sudah punya kata merah, yaitu
salah satu jenis warna. Namun, dalam kehidupan kita warna merah itu tidak
semacam, ada warna merah seperti warna
darah; ada warna merah seperti warna jambu; ada warna merah sepertoi warna
delima, dan sebainya.
Contoh lain lagi bahasa Indonesia memiliki kata rumah
untuk mewadahi ‘bangunan tempat tinggal’; namun, dalam kehidupan kita ada
konsep ‘bangunan tempat mengendalikan; maka terbentuk komposisi rumah gadai
a.
Aspek Semantik Komposisi
Sudah di sebutkan dimuka bahwa
tujuan utama membentuk komposisi adalah untuk menampung atau mewadahi
konsep-konsep yang ada dalam kehidupan kita tetapi belum ada wadahnya dalam
bentuk sebuah kata. Contoh lainnya:
-
Baca tulis ‘baca
dan tulis’
-
Pulang pergi ‘pulang
dan pergi’
-
Makan pakai ‘makan
dan pakai’
-
Cantik molek ‘cantik
dan molek’
-
Tua muda ‘tua
dan muda’
-
Jauh dekat ‘jauh
dan dekat’
-
Tikar bantal ‘tikar
dan batal’
-
Sawah ladang ‘sawah dan ladang’
-
Kampung halaman ‘kampung
dan halaman’
Catatan:
1.
Bentuk-bentuk seperti molek, sangat bugar, basah kuyub, dan hancur luluh
lazim juga dibicarakan proses reduplikasi (berubah bunyi).
2.
Makna komposisi tikar bantal, piring mangkuk, dan
kampung halaman lazimjuga diangggap tidak bermakna ‘dan‘, melainkan bermakna
tikar bantal ‘segala perlengkapan tidur’; piring mangkuk ‘semua peralatan
makan’; kampung halaman ‘ tempat lahir’.
b.
Komposisi yang menghasilkan istilah, yakni
yangmaknanya sudah pasti, sudah tertentu, meskipun bebas dari konteks
kalimatnya, karena sebagai istilah hanya digunakan dalam bidang ilmu atau
bidang tertentu.
Beberapa contoh istilah dalam
bentuk komposisi:
a.
Istilah olahraga
-tolak peluru
-angkat besi
-terjun payung
-terbang layang
-balap sepeda
b. Istilah linguistik:
-fonem vokal
-morfem bebas
-frase endosentrik
-klausa verbal
-kalimat inti
c. Istilah politik:
-suaka politik
-hak angket
-hak pilih
-hak prerogatif
-sidang paripurna
d. Istilah pendidikan:
-buku ajar
- tahun ajaran
-guru bantu
-model pembelajaran
-tenaga pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
http://Rangkuman-Pelajaran.blogspot.com
0 komentar:
Post a Comment