PENDAHULUAN
Abstrak,
Manusia adalah makhluk yang memiliki perasaan, sikap dan sifat yang saling
berbeda yaitu ada yang baik dan buruk,dalam kehidupan ini tentu manusia harus
memiliki sikap dan sifat yang baik dan menjauhi yang buruk agar terciptanya
ketenangan dan ketentraman bagi diri sendiri dan orang lain,dalam pandangan
islam sifat yang baik atau akhlak yang
mulia salah satu contohnya seperti sabar,tawadhu dan wara,sifat tersebut sangat
penting bagi manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan sangat penting
pula dipraktekan dalam bidang profesi yang dijalani contohnya seperti pendidik,
pendidik adalah seorang panutan bagi para peserta didik,maka dari itu disini
akan dibahas tentang betapa pentingnya sifat sabar,tawadhu dan wara bagi
seorang pendidik dalam proses pembelajaran.
Agar materi ini tidak keluar
dari pokok pembahasannya, maka materi ini dibatasi sesuai dengan rumusan
masalah sebagai berikut; 1). Apa yang dimaksud dengan sabar ,tawadhu dan wara?.
2). Siapakah pendidik?apa kaitannya dengan sifat sabar,tawadhu dan wara? 3).
Seberapa pentingkah sifat sabar,tawadhu,dan wara bagi seorang pendidik dalam
proses pembelajaran ?
Tujuan
penulisan
Penulisan pentingnya sifat
sabar tawadhu dan wara bagi seorang pendidik dalam proses pembelajaran ini
bertujuan agar para pendidik mengerti betul bagaimana seharusnya menjadi
seorang pendidik yang sejati .tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan tetapi
memberikan contoh kepada para peserta didik dengan akhlak yang mulia seperti
sabar,tawadhu ,dan wara,.semua ini semata mata bertujuan untuk menciptakan
keharmonisan di dalam proses belajar mengajar serta mencerdaskan bangsa tidak
hanya berfikir tetapi juga cerdas hati.
Manfaat
penulisan
Dengan penulisan diharapkan
dapat bermanfaat menghindari pendidik dari hal yang negatif dan lubang dosa,
serta menjadikan peserta didik memiliki akhlak yang mulia juga seperti pendidik
nya.dan menuju kedewasaan dengan sempurna dalam proses pembelajaran.
PEMBAHASAN
MATERI
SABAR
Sabar berasal dari bahasa
arab yaitu ‘shabr’. Sabar secara etimologi berarti tabah hati. Dalam Mu’jam
Maqayis al-Lughah disebutkan bahwa kata sabar memiliki tiga arti yaitu menahan,
sesuatu yang paling tinggi dan jenis bebatuan.Sabar menurut terminologi adalah
menahan jiwa dari segala apa tidak disukai baik itu berupa kesenangan dan
larangan untuk mendapatkan ridha Allah. Dalam perspektif tasawuf sabar berarti
menjaga, menjaga adab pada musibah yang menimpanya, selalu tabah dalam
menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya serta tabah
menghadapi segala peristiwa.Sabar merupakan kunci sukses orang beriman.Sabar
itu seperdua dari iman karena iman terdiri dari dua bagian. Setengahnya adalah
sabar dan setengahnya lagi syukur baik itu ketika bahagia maupun dalam keadaan
susah. Makna sabar menurut ahli sufi pada dasarnya sama yaitu sikap menahan
diri terhadap apa yang menimpanya.
Hendaklah engkau selalu
sabar karena sabar adalah sendi dasar yang harus kau miliki selama kamu hidup
di dunia ini ia pun mengandung akhlak yang muliadan keutamaan-keutamaan yang
agung . Maha benar Allah dalam firmannya :
“ يَاأَيُّهَاالَّذِينَآمَنُوااسْتَعِينُوابِالصَّبْرِوَالصَّلَاةِ
ۚ إِنَّاللَّهَمَعَالصَّابِرِينَ “
“hai
orang orang yang beriman ,jadikanlah sabar dan salat sebagai
penolongmu,sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS
Al-Baqarah:153)
Sabar itu sendiri terbagi
atas 4 bagian :
-
Sabar mengerjakan ketaatan
Ketaatan
secara batin dijalankan dengan ikhlas ,tulus hati dan khusyu .ketaatan secara
nyata diwujudkan dengan kerutinan ,kerajinan, dan selalu berpijak pada syariat
agama.
-
Sabar akan kemaksiatan
Nampak
nyatanya ialah dengan menjauhi dan meninggalkan perbuatan-perbuatan itu
sedangkan hasil lahiriah yang ia peroleh ialah kemampuan menghilangkan bisikan
hati dan kecondongan padatnya,karena awal suatu dosa ialah bisikan hati.
-
Mengingat dosa dosa yang telah lalu
Mengingat
ancaman siksa Allah di dunia dan akhirat .dan sabar dalam tidak mengulangi
perbuatan dosa yang telah lalu
-
Sabar akan segala sesuatu yang tak diinginkan
Terbagi atas 2 macam bentuk
kesabaran :
-
Sabar pada Sesuatu yang datangnya dari Allah
tanpa perantara ,seperti penyakit,kemalangan, hilangnya harta benda
,meninggalnya orang mulia dari sanak keluarga dan sahabat.
-
Sabar akan sesuatu yang tak diinginkan
datangnya dari sesama makhluk ,seperti diganggu jiwa, kehormatan dan hartanya
,kesempurnaan dalam menahan diri ini ialah dengan menahan diri dari sikap murka
pada si pengganggu ,jika ia seorang muslim.
Sabar dapat diwujudkan dalam
:
-
Sabar dalam menuntut Ilmu
-
Sabar dalam Mengamalkan Ilmu
-
Sabar dalam Berdakwah
TAWADHU
Tawadhu (rendah hati) adalah
ketundukan kepada kebenaran dan menerimanya dari siapapun datangnya baik ketika
suka atau dalam keadaan marah.Artinya janganlah kamu memandang dirimu berada
diatas semua orang, atau engkau menganggap semua orang membutuhkan dirimu. Allah
Ta’ala berfirman:
وَاخْفِضْجَنَاحَكَلِمَنِاتَّبَعَكَمِنَالْمُؤْمِنِينَ
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, dari
kalangan orang-orang yang beriman.” (QS. Asy-Syu’ara`: 215)
Tawadhu’ dan rendah diri
kepada kaum mukminin merupakan sifat terpuji yang dicintai oleh Allah dan
Rasul-Nya. Karenanya barangsiapa yang tawadhu niscaya Allah akan mengangkat
kedudukannya di mata manusia di dunia dan di akhirat dalam surga. Karenanya
tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan sekecil
apapun, karena akhirat beserta semua kenikmatannya hanya Allah peruntukkan bagi
orang yang tidak tinggi hati dan orang yang tawadhu’ kepada-Nya.
Orang yang rendah hati akan
mendapatkan kemuliaan dari Allah swt dan juga dari manusia disekitarnya.
Sebaliknya orang yang takabur, sombong akan dibenci dan dijauhi serta
dikucilkan oleh orang-orang disekitarnya. Bahkan orang sombong tidak akan masuk
surga, sebagaimana sabda Rasulullah saw :
“
Tidak akan masuk surga orang yang terdapat dalam hatinya sifat takabur (sombong
) walau hanya seberat atom yang sangat halus sekalipun.” ( HR. Muslim )
Macam-macam Tawadhu
Telah dibahas oleh para
Ulama sifat tawadhu ini dalam karya-karya mereka baik dalam bentuk penggabungan
dengan pembahasan yang lain atau ,menyendirikan pembahasanya. Diantara mereka
ada yang membagi Tawadhu menjadi dua :
-
Tawadhu yang terpuji yaitu ke-tawadhu-an
seseorang kepada Allah dan tidak mengangkat diri dihadapan hamba-hamba Allah.
-
Tawadhu yang dibenci yaitu tawadhu-nya seseorang
kepada pemilik dunia karena menginginkan dunia yang ada disisinya.
WARA
Wara’adalah meninggalkan
sesuatu yang meragukan atau meninggalkan segala subhat. Wara’adalah permulaan
zuhud, seperti halnya merasa cukup dengan pemberian allah adalah permulaan
rida. Wara’adalah patuh, taat kepada alloh, serta menjauhkan diri dari dosa
maksiat dan subhat. Orang yang bersikap wara’adalah seseorang yang tidak mau
memakan makanan yang belum diketahui secara pasti cara pembuatan dan bahan
bakunya, padahal makanan itu disajikan kepadanya pada saat dia lapar dan tidak
sedang berpuasa.
“Barang siapa menghindari perkara syubhat,maka ia telah memurnikan agama
dan kehormatannya.Dan barangsiapa jatuh dalam perkara syubhat ,maka ia telah
jatuh di dalam keharaman’ (Al Hadis)
Orang yang bersikap
wara’adalah seorang yang meninggalkan apa saja yang tidak bermanfaat bagi
dirinya, walaupun menyenangkan secara jasmani dan sesuai dengan kehendak
nafsunya. Nabi saw telah bersabda yang artinya sebagai berikut : ” Termasuk
kebaikan islam seseorang dalam sikapnya yang meninggalkan apa yang tidak
berguna baginya ”.
Tingkatan wara ada 3
derajat:
-
Menjauhi keburukan karena hendak menjaga
diri, memperbanyak kebaikan dan menjaga iman.
-
Menjaga hukum dalam perkara-perkara yang
mubah, mengekalkan, melepaskan diri dari kehinaan, dan menjaga diri agar tidak
melam-paui batasan hokum
-
Menjauhi segala sesuatu yang mengajak kepada
perceraian, bergan-tung kepada perpisahan dan yang menghalangi kebersamaan
secara total
Menurut Imam Ghazali mengatakan
bahwa wara’ itu pokok dari ibadah dan pokok dari wara’adalah teliti dalam
segala hal.orang yang berhati-hati dalam melakukan hukum, menghindari barang
subhat, takut mendekati haram dapat disebut wira’i. Adapun ciri-ciri seseorang
wira’i antara lain adalah sebagai berikut; a). Tidak mudah berburuk sangka. b).
Memelihara lisan tidak sampai menggunjing. c). Tidak meremehkan orang lain. d).
Memelihara dari sesuatu yang mendekati haram e). Berbicara dengan benar. f). Mengingat
nikmat allah supaya tidak sombong
Pengertian
Pendidik, dan Keterkaitannya dengan Sifat Sabar,Tawadhu dan Wara
Pendidik bisa siapa saja
yang bertanggung jawab kepada Tuhan atas tugasnya ,yakni mendewasakan peserta
didik .mereka ini bisa guru,orang tua ,para tokoh masyarakat,para pemimpin, dan
bahkan seluruh anggota masyarakat yang telah dewasa.dewasa disini yaitu dewasa
secara fisik dan usia, dewasa secara hukum, dewasa secara budaya,dewasa secara
ekonomi dan politik,dan dewasa secara mental ,pengetahuan,kecakapan,serta
sikap/moral.
Seorang pendidik dalam
mendidik peserta didiknya dapat diitampilkan dalam bentuk yang beragam salah
satunya ‘pembelajaran’. Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh
pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik.dalam proses ini
yang diharapkan pada pendidik yaitu peserta didik dapat berkembang menjadi
pribadi yang sempurna dengan diberikan
ilmu pengetahuan yang luas dengan diiringi kemampuan pada pendidik
Menjadi seorang pendidik
harus dituntut memiliki 4 kompetensi/kemampuan, dan salah satunya adalah kompetensi kepribadian
dimana kompetensi kepribadian itu adalah seorang pendidik harus memiliki akhlak
mulia, arif dan berwibawa, serta dapat menjadi suri tauladan bagi para peserta
didik, disinilah sifat sabar tawadhu dan wara menjadi kaitannya bagi seorang
pendidik karena sifat tersebut termasuk dalam kompetensi kepribadian yaitu
akhlak mulia .kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi personal yaitu
kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik
bagi peserta didik.
Pentingnya
sifat sabar, tawadhu, wara bagi pendidik dalam proses pembelajaran
Bagi seorang pendidik
personality pendidik sangat penting dan dipandang atau diperhatikan oleh
peserta didik serta masyarakat luas ,dalam proses pembelajaran diharuskan
adanya kepribadian yang baik agar melahirkan peserta didik yang baik pula
karena pendidik adalah seorang panutan yang harus di contoh dan kepribadian
seorang pendidik adalah cerminan peserta didik. Di dalam kepribadian yang baik
itu sendiri terdiri atas sabar,tawadhu dan wara .
Sikap sabar dapat dimiliki
apabila seorang pendidik telah memiliki stabilitas emosi (emotional stability)
sebagai ciri kepribadian orang dewasa.pendidik yang emosinya stabil tidak akan
mudah marah dan tidak akan tergesa-gesa (ceroboh) dalam segala tindakannya.
Banyak kejadian dalam proses pembelajaran peserta didik yang mudah menyulut
kemarahan pendidik. Tetapi, pendidik yang telah memiliki stabilitas emosi, ia
akan tetap sabar dan arif dalam menghadapi segala gangguan dan rintangan
tersebut.karena mereka berfikir mendidik adalah salah satu bentuk ibadah dan
mulialah ia yang dengan sabar menuntun peserta didik dengan
sebaik-baiknyaSegala sikap dan sifat yang berhubungan dengan sikap kesabaran
pendidikdalam memberikan ilmu tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan
kepribadian peserta didik kelak sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan
pendidikan.
Sikap tawadhu (rendah hati)
penting bagi para pendidik, dimana seorang pendidik yang dapat menghargai para
peserta didiknya tanpa membedakan satu dengan yang lainnya ,tidak merasa lebih
hebat dari pada orang lain Seorang ilmuwan tidak sepatutnya bersifat takabur
dengan ilmun yang dimilikinya, sebab ilmunya tidaklah seberapa, apalagi jika
dibandingkan dengan keluasan ilmu Allah. dan dalam hal mengajar tidak bersikap
menggurui atau menuntut dan membantah setiap pendapat yang diajukan peserta
didik dalam proses pembelajaran.bersikap kasih sayang kepada peserta didik,
serta merasa bahwa diri nya tidak ada yang sempurna, semua serba kurang dan
tidak mungkin hidup sendiri-sendiri tanpa bekerja sama dengan selainnya dengan
demikian peserta didik pun merasa nyaman dalam proses pembelajaran, dan dapat
mengeluarkan pendapatnya saat proses pembelajarn berlangsung serta dapat
belajar bersama sama.
Keutamaan
Tawadhu’
Sikap tawadhu’ akan
menghasilkan buah yang luar biasa baik di dunia maupun di akhirat kelak. diantaranya
adalah: 1). Allah akan meninggikan derajat orang yang tawadhu. 2). Meraih
kesuksesan .
Sikap wara juga penting
dalam proses pembelajaran dimana seorang pendidik harus menjaga hati dan
menjaga diri dari subhat /segala godaan yang datang jelas atau tidak jelas
datangnya saat proses pembelajaran berlangsung ,contoh :menjaga diri dari
ghibah dengan pendidik lain, menjaga diri dari korupsi uang atau sogokan dalam
proses pembelajaran . menjaga diri dengan tidak memberikan ilmu yang tidak baik
atau tidak berguna bagi peserta didik .menjadikan peserta didik bersih dan
tidak melakukan maksiat ,menjaga dan menasehati peserta didik dengan baik dan
kasih sayang
KESIMPULAN
Sesungguhnya dalam menjalani
hidup ini tidak hanya sekedar menjalani tapi dijalani dengan hati yang mulia
agar tercipta kedamaian dan ketentraman hidup serta selamat dunia akhirat
.begitu pentingnya sifat sabar,tawadhu dan wara yang dapat menyelamatkan
manusia dari dosa dan api neraka ,dapat diamalkan tidak hanya didalam kegiatan
mendidik tetapi dalam kegiatan apapun . bahwa sesungguhnya orang yang tidak
memiliki akhlak mulia ada termasuk orang-orang yang merugi.
Jangan lah kalian termasuk
dalam golongan orang-orang yang merugi, jadilah pendidik yang mulia yang tidak
hanya memiliki kaya ilmu tetapi juga memiliki kaya hati dengan sifat
sabar,tawadhu dan wara karena sesungguhnya Allah swt bersama orang-orang
seperti mereka dan akan diangkat derajat mereka didunia maupun akhirat .
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad Ibn Faris Ibn
Zakariyya Abu al-Husain, Maqayis
al-Lughah, Beirut: Dar al-Fikr.
al-Turmudzi Abu Isa Muhammad
Ibn Isa Ibn Saurah, Sunan al Turmudzi, Beirut: Dar al Fikr, 1994).
Zainul Bahri Media, Menembus Tirai KesendirianNya: Mengurai
Maqamat dan Ahwal Dalam Tradisi Sufi, (Cet. I; Prenada Media: Jakarta),
2005.
Purwanto, Edi, Safuwoh, Siti,
2008. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMP JILID 3 Jakarta: Piranti
Al- Wara Imam Ahmad bin
Hambal & Imam Ibnu Abi Dunya, Taqiq: Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al
Hamud, Pustaka Azzam
syaikh salim bin ‘
al-hilali’,Syarah Riyadhush Shalihin,Akhlaq dan Nasehat
Al-Faqih Abu Laits
Samarqandi, Tanbihul Ghafilin: Pembangun
Jiwa Dan Moral Umat, Surabaya: Mutiara Ilmu
Irsyadul Ibad
Ilasabilirrasyad, Petunjuk Kejalan Lurus,
Surabaya: Darussaggaf P.P.Alawy
Sayid Abdullah bin Alwi
Alhaddad, Risalatul Mu’awanah: Menuju Esensi Makrifatullah, Surabaya: Mutiara
Ilmu
Alawiyah tutty, akhlak dam
al-qur’an
Nur’aeni,dini amaliah,
profesi kependidikan
Sudi lestari,dini
amaliah,ani interdiana,nur amega,strategi belajar dan pembelajar
Nur aeni,M
nurjaman,pengantar pendidikan
www.google.com
nb:
tugas ini pernah di persentasikan oleh sahabat saya; Citra Maulida Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Indraprasta PGRI.